Bankom Semarang News, SEMARANG – Masyarakat acap kali hanya menjadi objek dalam kebencanaan. Padahal, masyarakat memiliki peran penting dalam kebencanaan, baik dalam pencegahan maupun penanggulangan. Hal ini dikatakan Kepala Markas PMI Kota Semarang Mugiyanto disela kegiatan pelatihan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT), Kamis (29/10/2020).
“Masyarakat harus dididik untuk mencegah dan siap menghadapi bencana,” kata Mugi, sapaan akrab Mugiyanto.
Dia menerangkan, sebanyak 60 peserta mengikuti pelatihan Sibat sejak Rabu (28/10/2020) hingga Minggu (1/11/2020). Untuk menerapkan protokol kesehatan, pelatihan digelar di dua tempat. Sebanyak 30 peserta mengikuti pelatihan di Markas PMI Kota Semarang, sisanya mengikuti di Politeknik Bina Tranfusi Darah.
“Karena mengacu protokol kesehatan kita bagi dua lokasi. Pelatihan ini sangat erat keterkaitan dengan kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat sehingga lebih efektif saat penanganan dan tindakan pertama ketika terjadi bencana,” jelasnya.
Lebih lanjut ia menerangkan, selama sekitar 5 hari peserta akan diberikan materi meliputi kepalangmerahan, pengorganisasian masyarakat ketika terjadi bencana, pertolongan pertama dan mitigasi bencana.
“Minimal saat terjadi bencana mereka tahu akan melakukan apa dan melaksanaakan treatment awal. Minimal melakukan tindakan preventif agar dampaknya tidak meluas,” urainya.
Menurutnya, tanah longsor dan banjir merupakan bencana alam yang kerap terjadi di Kota Semarang, terutama ketika memasuki musim hujan seperti saat ini. Karena itu, pihaknya melibatkan 16 posko yang berada di setiap kecamatan untuk memantau wilayah masing-masing.
“Jelang musim hujan kita siap antisipasi segala kemungkinan bencana. Terutama mengaktifkan posko yang ada dan semua relawan,” tandasnya.
Endang Puji Astuti, salah satu fasilitator di pelatihan tersebut menerangkan tentang pertolongan pertama. Dalam penjelasannya, pertolongan pertama bertujuan untuk menyelamatkan jiwa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan pertolongan pertama, diantaranya memastikan jalan nafas tetap terbuka.
“Selanjutnya, memposisikan pasien sesuai dengan kondisi yang nyaman. Kemudian, kendalikan perdarahan, melakukan resusitasi bila diperlukan,” terangnya.
Selain itu, Endang juga menjelaskan tentang cara mencegah kecacatan saat terjadi kecelakaan seperti, memposisikan pasien dengan baik untuk perawatan. Kemudian, immobilisasi (mengurangi gerakan) pada luka berat atau patah tulang, tutup dan balut luka. (Oman/Arh)