Ajarkan Kemanusiaan, Peran PMR Cegah Bullying di Sekolah

SEMARANG – Palang Merah Remaja (PMR) sebagai ikhtiar Palang Merah Indonesia (PMI) dalam menanamkan misi kemanusiaan di tingkat pelajar memiliki peran penting untuk mencegah adanya bullying di sekolah.

“Pembina PMR memiliki peran dalam mencegah adanya bullying di sekolah melalui adik-adik PMR. Ini (bullying) pelaku dan korbannya anak sekolah,” kata Ketua PMI Kota Semarang, Dr. dr. Awal Prasetyo dalam pertemuan pembina PMR se Kota Semarang di Lt. 4, Gedung Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Semarang, Kamis (29/9/2022).

Dikonfirmasi lebih lanjut terkait aksi perundungan yang terjadi di lingkungan anak sekolah, Awal menekankan pada nilai-nilai kemanusiaan yang harus diajarkan kepada anak sekolah, khususnya PMR, “Kalau menurut sisi pandang PMI, harusnya fokusnya pada upaya untuk mentransfer pengetahuan nilai, sikap, perilaku dan daya kemanusiaan. Itu aja yang mendasar,” urainya.

Sehingga, lanjut dia, ajaran tersebut diharapkan memberikan kesadaran kalau seseorang itu menyadari adanya manusia merupakan bukti adanya sang pencipta. Maka hal negatif tersebut bisa dicegah.

Awal lantas memberi contoh kegiatan yang membudayakan anak untuk memberi dan bisa menerima apa adanya dengan saling tukar bekal makanan di sekolah sebagai cara pembelajaran menanamkab budaya saling memberi, “Menanamkan pemahaman budi pekerti bahwa kita bisa memberikan apa yang kita miliki,” urainya.

Menurut Awal, budaya yang baik tersebut saat ini sudah tidak ada, “Ada banyak kreativitas yang bisa dilakukan oleh pembina yang lebih mengetahui kondisi murid-muridnya,” ucapnya.

Senada, pengurus bidang advokasi di Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) Jawa Tengah, Wiwit Rijanto mengungkapkan beberapa contoh kasus kekerasan yang terjadi di sekolah. Sejurus dengan hal itu, dirinya memaparkan hukum yang terkait dengan tindak pidana anak.

Menurutnya, ada banyak hal yang membuat anak berperilaku negatif. Satu diantaranya teknologi dalam alat komunikasi, “Sekarang itu orangtua seneng kalau anaknya diem, tapi dikasih HP,” ungkapnya.

Ketua Bidang Anggota dan Relawan PMI Kota Semarang ini lantas memaparkan beberapa dampak negatif yang harus diantisipasi dari pesatnya perkembangan teknologi, “Harus banyak pengawasan. Hp ini kalau bisa setiap latihan jangan ada yang pegang Hp. Karena teknologi ini luar biasa, dalam sekian detik bisa kemana-kemana,” tandasnya.

Selain teknologi, lingkungan keluarga dan pergaulan juga menjadi faktor lain perilaku negatif anak. Dia berharap dengan adanya kegiatan PMR di sekolah dapat mencegah atau meminimalisir terjadinya kriminalitas anak, “Para pembina bisa mengarahkan anak untuk bijak dalam menggunakan Hp, juga mengajarkan anak tentang kemanusiaan melalui PMR,” pesannya. (rif)