Bankom Semarang News, SEMARANG – Sampangan merupakan salah satu Kelurahan di Kota Semarang yang masih nguri – nguri budaya seni budaya jaran kepang atau biasa disebut kuda Lumping.
Kelompok kesenian Turonggo Seto ini ada sejak tahun 1960-an pada saat itu kesenian budaya merupakan hiburan rakyat yang sangat digemari karena masih jarangnya hiburan lainnya.
Seto Wibowo (45) Ketua Turonggo Seto Minggu (28/11/2021) Menerangkan “Turonggo Seto saat ini berlatih dikantor kelurahan lama Sampangan yang berada Jl. Menoreh Utara XII Sampangan, menempati bangunan lama yang direnovasi oleh pemerintah dan dijadikan sebagai pusat latihan dan pengembangan sanggar kelompok seni ini.”
“Kami latihan untuk anak – anak dan Turonggo Seto muda setiap malam Minggu dan untuk yang dewasa biasanya temporer apabila akan main kita latihan sambil refresh atau berlatih menambah lagu baru.” tambah Seto.
Menurut Mustari (58) saat ditemui Jum’at (26/11/2021), selaku pelaku seni dan pelaku sejarah Turonggo Seto Sampangan, “Dulu sekitar tahun 1960-an ada sekelompok warga pecinta seni namanya Mbah Pairun, beliau menyampaikan bahwa memiliki gagasan untuk membentuk kelompok seni budaya kepada Mbah Ahmad Muhtar yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Desa di Sampangan, bahwa Sampangan akan dibuat kelompok kesenian yang mana untuk mendukung kegiatan yang ada di Kelurahan Sampangan pada saat itu.”
“Mbah Pairun menginformasikan pada Mbah Ahmad Muhtar Kepala Desa bahwa ada alat kesenian tradisional jaran kepang dan barongan akan dijual satu set.” jelas mustari
“Saat itu Mbah Ahmad Muhtar memberikan uang kepada Mbah Pairun untuk segera membeli perlengkapan tersebut, kemudian Mbah Pairun dan rombongan langsung menuju ke Desa Dorowati Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen dimana alat itu berada.” tambah Mustari.
Setelah alat sampai Semarang di bawa ke rumah kepala desa Sampangan, Ahmad Muhtar kemudian memasrahkan alat tersebut kepada Pairun untuk merawat dan memimpin kesenian yang akan di buat tersebut dan untuk diturunkan ke anak cucu kelak.
“Kemudian kelompok ini dinamakan jaran kepang “Turonggo Seto” dengan arti Turonggo itu Jaran (kuda) Seto itu putih, artinya Kelopok jaran putih (kelompok kuda putih), dan sampai saat ini diwasiatkan kepada mbah Pairun seni budaya ini untuk dirawat dan diuri-uri oleh generasi berikutnya.” ucap Mustari.
Seto Wibowo (45) merupakan ketua kesenian Turonggo Seto saat ini, Minggu (28/11/2021) menerangkan “Turonggo Seto atau seni budaya jaran kepang ini sudah berusia 60 tahunan, dan sampai saat ini masih sangat exist dilingkungan masyarakat Sampangan dan sekitarnya.
Tercatat kurang lebih 200 anggota yang tersebar di Kelurahan Sampangan dan sekitarnya, dan anggota yang aktif sekitar 70 anggota yang terdiri dari penari dan pemain musik atau pengrawit.
Selalu rame disaat kelompok seni budaya ini tampil, jaran kepang sebagai pelengkap dalam beberapa acara yang ada di kelurahan Sampangan antar lain Apitan atau sedekah Bumi selain wayang semalam suntuk, seni jarang kepang akan dimainkan siang sebelumnya bersama dengan karnaval desa.
Selain itu juga pada tanggal satu suro penanggalan Jawa atau satu Muharam pada kalender islam dimana sebagai peringatan sebagai tanggal ulang tahun Turonggo Seto selalu ditampilkan.
Selain itu juga di tampilkan pada saat memperingati hari kemerdekaan Indonesia setiap bulan Agustus juga selalu ditampilkan, dan tidak sedikit menarik antusias warga untuk menonton Turonggo Seto tersebut saat tampil.
“Sebenarnya banyak prestasi yang sudah didapat dari Group kesenian ini, dulu pernah lomba tingkat Jawa Tengah di Purwokerto sekitar tahun 1978 mendapat juara kedua, dulu pas waktu itu diketuai oleh Bapak Murdono, dan masih banyak lagi prestasi lainnya.” ungkap Mustari
“Sudah hampir dua tahun ini Turonggo Seto tidak tampil karena adanya Wabah pandemi Covid-19 yang melanda negeri ini, semoga segera berakhir dan kehidupan berjalan kembali normal.” pungkas Mustari. (Oman)