Peringatan Dini DBD, Kadinkes Kota Semarang punya TUNGGA DARA.

(Foto iistimewa)

Bankom Semarang News, SEMARANG – Demam berdarah dengue atau DBD merupakan penyakit mudah menular yang berasal dari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue.

Kedua nyamuk penyebab DBD biasanya menginfeksi seseorang di pagi sampai sore hari menjelang petang. Penularan terjadi saat nyamuk menggigit dan menghisap darah seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue, ketika nyamuk tersebut menggigit orang lain, maka virus akan tersebar.

Grafik tabel bulanan Penderita DBD Kota Semarang

Bisa dibilang, nyamuk berperan sebagai medium pembawa (carrier) virus dengue tersebut. Selain gigitan nyamuk, demam berdarah dipicu oleh faktor risiko tertentu. Beberapa faktor risiko tersebut, Pernah mengalami infeksi virus dengue sebelumnya, Tinggal atau bepergian ke daerah tropis, dan Bayi, anak-anak, orang lanjut usia, dan orang dengan kekebalan tubuh yang lemah.

Terdapat peningkatan kasus Demam Berdarah di beberapa wilayah di Indonesia. Berdasarkan data perkembangan penyakit selama bulan September 2021 antara lain Depok 1.924 kasus, Bekasi 1.554 kasus, dan Bandung 1.191 kasus, ini angka yang cukup tinggi.

dr. MOCHAMAD ABDUL HAKAM, Sp.PD Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang dihubungi melaui Whatsapp Selasa (19/10/2021) menerangkan bahwa Grafik kasus DBD kota Semarang sampai dengan Oktober 2021 ini masih terkendali. Jika dibandingkan dengan tahun 2020, kasus bulanannya masih lebih rendah. Total kasus tahun 2020 periode Januari –Oktober mencapai 302 kasus sedangkan total kasus tahun 2021 periode Januari-Oktober hanya 170 kasus. Penurunan angka kasusnya 39,40% dari tahun lalu.

“Meskipun seluruh perhatian Dinkes saat ini terfokus pada penanganan covid-19 dan vaksinasi, namun saya instruksikan kepada bidang  dan  pengelola  program bahwa program yang  lainnya harus tetap berjalan seperti pengendalian  DBD  ini  juga” tambah Hakam

“Upaya – upaya pengendalian  DBD  tetap dilakukan meskipun dalam masa pandemi  dengan cara modifikasi,  seperti misalnya pelaporan melalui  system integrasi TUNGGA DARA (Bersatu Tanggulangi  Demam Berdarah di Semarang) setiap rumah yang memiliki satu jumantik akan melaporkan hasil pemantauannya kepada kader Kesehatan setempat dan jika ada kasus baru langsung terlaporkan melalui system dengan tindak lanjut kurang dari 24 jam”. terangnya.

menurut Hakam Kecepatan dalam penanganan ini penting agar kasus barunya bisa dikendalikan. Selain itu kegiatan PSN (Pemantauan Sarang Nyamuk) tetap dilakukan setiap hari Jumat oleh masyarakat secara mandiri.

Pencegahan  dan antisipasi agar angka kasusnya stabil bahkan kami bertharap bisa turun, upaya yang kami lakukan bersama menggandeng peran Camat, Lurah dan PKK dalam mengaktifkan kembali satu rumah satu jumantik dan rutin melaksanakan PSN.

“Kebiasaan baru yang mengharuskan kita untuk membersihkan diri setelah sampai di rumah, sekaligus memastikan pakaian yang kita pakai setelah aktivitas langsung dicuci. Sejalan dengan pesan pemerintah untuk memberantas Covid-19, sekaligus dapat mencegah DBD. Melalui peran PKK dan sosialisasi langsung.” jelasnya

“Kami juga meminta Warga untuk berkoordinasi dengan pihak pengelola lingkungan dalam upaya pemberantasan nyamuk di pemukiman. Pada prinsipnya sama, upaya untuk mencegahnya adalah menghindari infeksi dan gigitan nyamuk. Jadi mari lindungi diri kita, lindung ikeluarga, mulai dari rumah untuk melawan Covid-19 dan mencegah DBD. Tetap sehat, tetap semangat, salam semarang sehat”. pungkasnya. (Oman)