Bankom Semarang News, SEMARANG – Seorang anak usia 16 tahun yang tidak memiliki identitas dan biasa hidup di jalanan melahirkan bayi perempuan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wongsonegoro Kota Semarang melalui operasi.
“Neneng melahirkan bayi perempuan dengan operasi karena kejang. Dia belum sadar dan bayinya juga ada masalah pernafasan, ibunya yang mengirim ke rumah sakit,” kata Koordinator Tim Penjangkauan Dinas Sosial (TPD) Kota Semarang, Dwi Supratiwi disela kegiatannya di Tembalang, Kamis (21/1/2021).
Baca Juga : Percepat Vaksinasi, Ganjar Minta Faskes Proaktif
Neneng, sebut saja demikian, bersama keluarganya biasa menempati emperan toko untuk beristirahat kala malam tiba. “Mereka sekeluarga orang tidak mampu, setiap hari kerjanya mencari barang bekas, menjadi pemulung. Siang hari, mereka tinggal di gerobak pinggiran kali Jalan Purwosari,” urai perempuan yang mendampingi kasus tersebut di rumah sakit.
Karena tak memiliki identitas yang jelas untuk mengurus administrasi, lanjut Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Tembalang maka pihak rumah sakit meminta Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang untuk mendampingi kasus tersebut.
Koordinator TPD, Dwi Supratiwi (berjilbab merah) bersama ibunya Neneng (sebelah pria berkaos biru) saat berada di RSUD Wongsonegoro. Aktivis sosial yang pernah menjadi Ketua Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Semarang ini melanjutkan, meski hidup menggelandang tanpa identitas namun ibunya Neneng mengaku asli warga Semarang.
“Dulu menempati rumah di Jalan MT Haryono nomor 91 yang dihuni oleh beberapa keluarga dari keluarga besarnya,” ujarnya.
Lanjutnya, suaminya atau ayah Neneng berasal dari Sulawesi, juga tidak memiliki identitas, baik Kartu Tanda Penduduk (KTP) maupun Kartu Keluarga (KK) dengan alasan hilang. “Karena sudah tidak punya tempat tinggal, identitasnya hilang di jalan,”:ucapnya.
Terkait ayah dari bayi tersebut, Tiwi, sapaan akrabnya menyebut sebagaimana dituturkan ibunya Neneng. “Kata ibunya, Neneng menikah siri dengan Nanang (bukan nama sebenarnya). Suaminya kerja di kapal sehingga tidak tentu pulangnya dan tidak jelas pulang atau tidak,” terangnya.
Baca Juga : Pendonor Plasma Konvalesen Jateng Capai 871 Orang
Untuk itu, sambungnya, dirinya membutuhkan kejelasan tentang keluarga besar tersebut agar persoalan tersebut dapat dituntaskan. “Kami butuh saksi pernikahan, atau informasi dari saudara, orang yang pernah bertetangga dengan mereka untuk mengusahakan KK dan KTP, juga perlu koordinasi dengan pimpinan kami di Dinsos Semarang agar memudahkan koordinasi dengan dinas terkait,” jelasnya.
Hal senada dtegaskan, anggota TPD yang mendampingi Tiwi, Rofi Andaryani. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Kelurahan Tandang Tembalang ini enggan berkomentar banyak, dan hanya menyatakan akan melakukan koordinasi lanjutan. “Kita konsultasikan dan koordinasikan kepada Kepala Bidang Rehabiltasi Sosial dan Kepala Dinsos, karena persoalan ini juga membutuhkan keterangan dari Dinas Kependudukan,” pungkasnya. (arh)