Seminar ‘Kita Indonesia’ FKPT Jateng, Bahas Peran Perempuan Cegah Radikalosme-terorisme.

Bankom Semarang News, SEMARANG – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah menggelar seminar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan tema ‘Kita Indonesia’ yang digelar di Hotel Santika Premiere, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (27/10). Dalam kesempatan itu, Ketua FKPT Jateng Prof Dr Syamsul Ma’arif mengatakan peran penting perempuan dalam mencegah radikalosme-terorisme di Indonesia.

“Agama mengajarkan bahwa ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, ada juga literasi lain yang menyebut perempuan adalah tiang negara. Dalam aksi-aksi teror beberapa tahun terakhir, teroris menggunakan perempuan,” kata Syamsul.

Untuk tujuan itu, Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kota Semarang ini mengatakan doktrinasi terhadap perempuan dilakukan dengan memanfaatkan dalil-dalil agama. “Paham radikal menerapkan ketaatan mutlak seorang istri terhadap suami. Doktrin bahwa perempuan akan mendapatkan pahala dan surga diterapkan dengan ketat. Sejatinya mereka memahami perempuan memiliki peran strategis dalam menyebarkan paham,” ujarnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Riset Al-Khawarizme ini melanjutkan, paham radikal-teror tidak mengajarkan agama secara utuh. Sebab, agama hanya ditampilkan secara kaku dan heroik. Agama, kata Syamsul mereka gunakan untuk narasi yang melawan pemerintah. Di era digital, hal tersebut tersebar luas melalui media sosial. Untuk itu, selaku Ketua FKPT Jateng, Syamsul meminta masyarakat untuk menampilkan kontranarasi. “Masyarakat harus bisa menghadirkan kedamaian beragama di dunia digital,” ucapnya.

Terkait perbedaan paham dalam agama, Syamsul mengingatkan hal itu wajar dalam konteks keilmuan. Hal itu menjadi salah ketika terjadi klaim kebenaran. Sebab, kebenaran dalam konteks keilmuan terus diuji relevansinya.

Hal senada diungkapkan praktisi media, Yosep Adi Prasetyo yang menerangkan kasus Siska Nur Azizah dan Dita Siska Millenia. Dua orang gadis belia yang ditangkap saat mau menyusup ke Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob), Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat saat terjadi kerusuhan. Selain dua gadis tersebut Yosep juga menerangkan kasus bom panci yang akan diledakkan Dian Yuli Novi.

Dian yang sedang patah hati bertemu Nur Solihin di dunia maya. Dian menikah dengan laki-laki asal Solo, Jawa Tengah itu secara online. Setelah bertemu Nur lantas membaiat Dian untuk setia kepada ISIS di sebuah hotel di Cirebon, Jawa Barat, sebulan setelahnya.

Mencegah adanya narasi kebencian terhadap pemerintah, mantan Ketua Dewan Pers, Yosep mengatakan media harus bisa menampilkan informasi berimbang. “Wartawan punya peranan dalam menjaga masyarakat dari radikalisme-terorisme,” katanya.

Sebagai contoh, wartawan bisa melakukan liputan tentang keberhasilan pembangunan, juga melakukan peliputan daerah yang belum tersentuh pembangunan. “Hoax diciptakan oleh orang pintar tapi jahat, dan disebarkan orang baik tapi bodoh,” ungkapnya.

Bahkan, ia menyebut banyak orang yang berpendidikan tinggi bisa menjadi korban hoax lantaram tak menguasai literasi yang tersebar di media sosial. “Hoax berjalan dengan memanfaatkan fanatisme atas nama ideologi, agama, suara rakyat, dan sebagainya,” terangnya.

Sementara, Kepala Seksi Pemulihan Korban BNPT Muhammad Lutfi mengatakan peran media massa digital sangat vital dan memberikan pemahaman terhadap masyarakat. “Masyarakat masih percaya terhadap sebaran-sebaran informasi tanpa menyaring,” kata Luthfi.

Selain itu, ia meminta pelibatan tokoh masyarakat, aparatur kelurahan atau desa tentang literasi informasi sehingga bisa meluruskan informasi yang beredar di masyarakat, utamanya di kalangan generasi muda. “Generasi milenial harus diberi perhatian khusus agar tidak terjerumus oleh sebaran informasi yang bernarasi mengarah pada kebencian terhadap pemerintah dan paham takfiri,” katanya. (oman/arh)